Jumat, 22 Januari 2016

Sejarah Pulau Kembang



Banjarmasin merupakan wilayah yang sebagian besar dikelilingi oleh air, karenanya selain dikenal sebagai negeri “seribu sungai dan seribu menara” hal ini disebabkan karena banyaknya sungai-sungai yang membentang ditengah-tengah Kalimantan Selatan khususnya kota Banjarmasin baik itu sungai kecil atau besar. Wilayah ini juga sangat populer dengan julukan “Negeri Lambung Mangkurat” dengan motto “waja sampai kaputing”. Hal ini dilatarbelakangi dari historikal sejarah Kalimantan Selatan khususnya Banjarmasin tempat berdirinya kerajaan Banjar dan anak-anak keturunannya yang penyebarannya sampai Hulu Sungai Utara.
Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukotanya Banjarmasin memiliki banyak potensi lokasi wisata untuk dikembangkan, baik berupa Wisata Alam, Wisata Buatan Modern, Wisata Religius, Wisata Sejarah/ Budaya dan Wisata Adat khas Melayu Banjar. Salah satu objek wisata yang dikembangkan daerah provinsi Kalimantan Selatan adalah objek wisata alam Pulau Kembang. Sesuai dengan ruang yang tersedia pada tulisan ini, penulis akan memaparkan sekilas sejarah Pulau Kembang.

Pulau Kembang berada dikawasan konservasi di bawah pemangkuan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Selatan seluas 60 Ha. Pulau yang terletak dikawasan muara Sungai Barito ini tidak dihuni manusia namun didominasi oleh fauna seperti kera ekor panjang dan bekantan. Meskipun tidak dihuni manusia pulau ini memiliki keterkaitan dengan masyarakat Kalimantan Selatan khususnya Banjarmasin. Pulau kembang juga biasa dijadikan tempat ziarah bagi orang-orang yang memiliki nadzar tertentu. Pulau ini juga sering dikunjungi oleh penduduk Kota Banjarmasin dari berbagai etnis terutama dari etnis Banjar dan Cina. Masyarakat meyakini pulau ini mempunyai riwayat serta mitos yang unik berdasarkan kepercayaan masyarakat yang ada
Dahulu diantara nusantara terdapat kerajaan-kerajaan, baik kerajaan yang besar maupun kecil. Di Banjarmasin tepatnya Muara Kuin berdiri sebuah Kerajaan. Dalam penuturan yang diterima masyarakat secara turun-temurun diceritakan bahwa dalam kerajaan tersebut ada seorang Patih yang sangat sakti, berani dan gagah perkasa bernama Datu Pujung.
Datu Pujung ini merupakan andalan dan benteng pertahanan terhadap orang-orang yang ingin menguasai atau berbuat jahat pada Kerajaan Kuin. Suatu ketika seperti yang dikisahkan orang tua dahulu datang sebuah kapal Inggris dengan membawa penumpang yang moyoritasnya orang Cina. Mereka diketahui ingin tinggal dan menguasai kerajaan Kuin. Untuk tercapainya niat mereka itu tentu mereka harus berhadapan dengan Datu Pujung. Ada ketentuan dan persyaratan yang diberikan oleh Datu Pujung jika ingin menguasai Kerajaan Kuin yaitu harus dapat melewati ujian yang ditetapkan yakni mesti bisa membelah kayu besar tanpa alat atau senjata. Ternyata persyaratan dari Datu Pujung ini tidak dapat dipenuhi oleh mereka yang ingin menguasai kerajaan tersebut. Demikian setelah itu Datu Pujung memperlihatkan kesaktiannya dan dengan mudah membelah kayu besar itu tanpa alat. Datu Pujung membuktikan kepada orang-orang yang datang berlayar itu bahwa persyaratan yang diajukan bukanlah omong kosong atau sesuatu yang mustahil. Disebabkan para pendatang yang ada dalam kapal Inggris itu tidak dapat memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, maka oleh Datu Pujung diminta untuk membatalkan niat mereka menguasai kerajaan Kuin dan agar segera kembali ke negeri asalnya. Namun mereka bersikeras ingin tinggal dan menguasai Kerajaan Kuin sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena mereka mamaksakan kehendaknya, akhirnya Datu Pujung dengan kesaktiannya menenggelamkan kapal beserta seluruh penumpang yang ada didalammnya.
Setelah sekian lama, bangkai kapal yang ada dipermukaan air itu menghalangi setiap batang kayu yang hanyut. Dari hari ke hari semakin banyak kayu-kayu yang bersangkutan hingga menjadi sebuah tumpukan dan kemudian dari tumpukan itu tumbuhlah pepohonan hingga jadilah sebuah pulau yang ada di tengah sungai. Cerita tentang tenggelamnya kapal dengan para penumpangnya yang kebanyakan etnis Cina tersebut menyebar dari mulut ke mulut. Sehingga mereka yang berasal dari keturunan Cina pun banyak yang mengunjungi pulau tersebut untuk mengenang dan memberikan penghormatan kepada jasad yang terkubur
di situ. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya sebuah tempat penyembahyangan orang Cina. Maka jadilah pulau ini sebagai tempat penyampaian doa dan nadzar, terutama bagi  mereka yang mempunyai ikatan batin atas keberadaan pulau itu.
hajat tertentu
Dahulu satiap orang yang berkunjung ke sana membawa sejumlah untaian kembang (bunga-bungaan), dan karena berlangsung sepanjang waktu dengan waktu yang lama terjadilah tumpukan kembang yang sangat banyak. Mereka yang melintasi pulau itu selalu melihat dan menyaksikan tumpukan kembang yang begitu banyak. Karena selalu menarik perhatian bagi mereka yang melintasi tempat ini dan menjadi penanda maka untuk menyebutnya diberi nama dengan Pulau Kembang. Lama-kelamaan nama Pulau Kembang semakin dikenal dan ramai dikunjungi orang dengan niat dan tujuan yang berbeda-beda. Misalnya ada yang mengeramatkan atau sekedar ingin tahu keberadaan Pulau Kembang yang telah melegenda itu. Sekarang pun masih banyak ditemui kunjugan dari mereka yang punya

Dari manakah asal usul kera Pulau Kembang ? dalam sebuah cerita disebutkan ada salah satu dari keturunan raja di Kuin tidak dikaruniai keturunan. Menurut ramalan ahli nujum pada saat itu jika ingin memiliki anak maka harus berkunjung ke Pulau Kembang dengan mengadakan upacara badudus (mandi-mandi). Ramalan dan nasihat ahli nujum ini dilaksanakan oleh kerajaan. Setelah beberapa waktu sepulang mengadakan upacara di Pulau Kembang ternyata istri dari keturunan raja yang dimaksud hamil. Begitu bahagianya keluarga raja mendengar hal gembira tersebut. Maka raja yang berkuasa memerintahkan petugas kerajaan untuk menjaga pulau tersebut agar tidak ada yang merusak dan mengganggunya.
Petugas kerajaan yang mendapatkan perintah menjaga Pulau Kembang itu membawa dua ekor kera besar, jantan dan betina yang diberi nama si Anggur. Konon menurut cerita yang beredar setelah sekian lama petugas kerajaan ini menghilang secara ghaib tak diketahui kemana perginya. Sedangkan kera yang ditinggalkan berkembang biak dan menjadi penghuni Pulau Kembang.