Sejarah[sunting | sunting sumber]
Menurut Hikayat Banjar pada abad ke-17, daerah-daerah di tenggara Kalimantan yang takluk kepada kerajaan Banjar diantaranya Pamukan danLaut Pulau. Pada masa pemerintahan Sultan Mustain Billah (Marhum Panembahan), ia menyuruh Kiai Martasura ke Makassar/Gowa untuk menjalin hubungan bilateral kedua negara pada masa Karaing Patigaloang/I Mangadacinna Daeng Sitaba Karaeng Pattingalloang Sultan Mahmud yaitu Raja Tallo yang menjabat mangkubumi bagi Sultan Malikussaid Raja Gowa 1638-1654, dimana Karaing Patigaloang telah memohon izin untuk meminjam kawasan Pasir (termasuk Kabupaten Kotabaru) kepada Marhum Panembahan sebagai tempat berdagang dan ia telah bersumpah apabila anak cucunya hendak menganiaya negeri Banjar maka akan dibinasakan Allah.
Maka diberikanlah daerah-daerah yang ada di sepanjang kawasan tenggara dan timur pulau Kalimantan sebagai tempatnya berdagang. Peristiwa pada abad ke-17 ini menunjukkan pengakuan Makassar (Gowa-Tallo) mengenai kekuasaan Kesultanan Banjar terhadap daerah di sepanjang tenggara dan timur pulau Kalimantan. Pada masa itu Sultan Makassar lebih terfokus untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan di kawasan timur Nusantara. Tetapi pada abad ke-18 Raja Bugis-Wajo, La Madukelleng sempat menawan daerah Kutai dan Pasir serta berupaya menyerang Banjarmasin. Kerajaaan Pamukan yang terletak di sungai Cengal merupakan pemukiman pertama di daerah ini yang didiami suku Dayak Samihim/Dusun Maanyan yang dihancurkan oleh serangan dari laut. Suku Dayak kemudian meminta Sultan Banjar untuk mengirim seorang Pangeran yang akan memimpin mereka di wilayah bekas kerajaan Pamukan. Pangeran Dipati Tuha bin Sultan Saidullah kemudian diutus ke daerah ini dan ia menetap di sungai Bumbu di daerah Sampanahan. Kerajaan ini kemudian dikenal sebagai kerajaan Tanah Bumbu yang wilayahnya meliputi Cengal, Sampanahan, Manunggul, Bangkalaan, Cantung, Buntar Laut, dan Batulicin.[3] Mr. J. C. M. Radermacher dalam ekspedisi tahun 1780 melaporkan seorang Pangeran yang berkuasa di Sampanahan.[4] Pangeran ini diidentifikasi sebagai Pangeran Prabu/Sultan Sepuh bin Daeng Malewa/Pangeran Dipati yang menguasai daerah Sampanahan, Bangkalaan, Manunggul dan Cengal.
Raja Tanah Bumbu[5]
- Pangeran Dipati Tuha/Raden Basus bin Sultan Saidullah (1660-1700)
- Pangeran Mangu bin Pangeran Dipati Tuha (1700-1740)
- Ratu Mas binti Pangeran Mangu (1740-1780)[6]
- Kerajaan Tanah Bumbu berakhir karena wilayahnya dibagi menjadi wilayah kerajaan kecil sejak 1780. Ratu Intan I anak Ratu Mas mewarisi daerah Cantung dan Batulicin, Pangeran Prabu mewarisi Sampanahan, Bangkalaan, Manunggul dan Cengal, sedangkan Pangeran Layah mewarisi daerah Buntar-Laut.
Raja Bangkalaan[7]
- Pangeran Prabu/Sultan Sepuh - anak tiri Ratu Mas (1780-1800), Raja Sampanahan, Bangkalaan, Manunggul dan Cengal.
- Pangeran Nata bin Pangeran Prabu (1800-1820), Raja Sampanahan, Bangkalaan, Manunggul.
- Pangeran Seria/Ratu Agung bin Pangeran Prabu (1800-?) Raja Cengal, Sampanahan, Bangkalaan, Manunggul.
- Raja Gusti Besar binti Pangeran Prabu (1820-1830), Raja Bangkalaan, Manunggul, Sampanahan, Cengal, Cantung, Batulicin. Belakangan daerah Cantung diserahkan kepada Gusti Moeso dan Bangkalaan diserahkan kepada Gusti Kamir.
- Pangeran Muda/Gusti Kamir bin Pangeran Prabu (ditunjuk Gusti Besar sebagai Raja Bangkalaan 1830-1838)
- Pangeran Haji Musa bin Pangeran Haji Muhammad (Raja Bangkalaan 1838-1840), merangkap Raja Batulicin (1832-1840), kemudian keturunannya:
- Pangeran Jaya Sumitra bin Pangeran Musa (Raja Kusan dan Batulicin)
- Pangeran Abdul Kadir Kasuma bin Pangeran Musa (Raja Kusan, Batulicin dan Pulau Laut, belakangan tahun 1861 Kusan diserahkan kepada Raja Pagatan La Paliweng Arung Abdul Rahim)
- Pangeran Berangta Kasuma bin Pangeran Abdul Kadir Kasuma (Raja Pulau Laut dan Batulicin), menikah dengan Putri Intan Jumantan binti Pangeran Kasuma Indra bin Pangeran Kassir)
- Pangeran Amir Husin Kasuma bin Pangeran Berangta Kasuma (Raja Pulau Laut)
- Pangeran Aminullah Kasuma bin Pangeran Amir Husin Kasuma(Raja Pulau Laut)
- Pangeran Abdurrahman Kasuma bin Pangeran Berangta Kasuma (Penjabat Raja Pulau Laut)
- Raja Aji Jawa, putera Raja Gusti Besar, menjadi Raja Bangkalaan (1840-1841). Ia sebagai raja untuk 6 daerah sekaligus yaitu sebagai Raja Bangkalaan, Manunggul, Sampanahan, Cengal, Cantung, Buntar Laut. Belakangan Sampanahan diberikan kepada pamannya Gusti Ali bin Pangeran Prabu yang bergelar Pangeran Mangku Bumi.
- Aji Tukul/Ratu Agung/Ratu Intan II binti Aji Jawi (1845), Raja Bangkalaan, Manunggul, dan Cengal. Sedangkan Raja Aji Mandura bin Aji Jawi sebagai Raja Cantung dan Buntar Laut. Pangeran Panji bin Pangeran Haji Musa yang menikah dengan Aji Landasan binti Aji Jawi mendapatkan daerah Batulicin.
- Aji Pati/Pangeran Agung, suami Aji Tukul (1845-1846), Raja Bangkalaan, Manunggul, Cengal
- Aji Samarang/Pangeran Muda Muhammad Arifillah bin Aji Pati (1846-1883), Raja Bangkalaan, Manunggul, dan Cengal.
- Aji Mas Rawan/Raja Arga Kasuma bin Aji Samarang (1883-1905), Raja Bangkalaan, Manunggul, Cengal
Pada tahun 1844, distrik-distrik dalam onderafdeeling van Tanah Boemboe yaitu Pagatan, Kusan, Batulicin, Cantung dengan Buntar Laut, Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul dan Cengal. Pada waktu itu distrik Pulau Laut belum dibentuk. Tahun 1845, Pulau Laut dan Batulicin berada di bawah pemerintah Kusan.[8] Cantung, Buntar Laut, Bangkalaan berada di Teluk Kelumpang, sedangkan Sampanahan, Manunggul dan Cengal berada di Teluk Pamukan atau Cengal.[9] Wilayah kabupaten Kotabaru hari ini merupakan gabungan wilayah bekas distrik (swapraja) pada masa kolonial Hindia Belanda, yaitu Poelau Laoet, Sampanahan, Tjangtoeng, Bangkalaan, Tjingal dan Manoenggoel.[10]
Pemilihan umum kepala daerah[sunting | sunting sumber]
Pilkada Kotabaru[sunting | sunting sumber]
Sejak reformasi 1998 dan pemberlakuan otonomi daerah, Kabupaten Kotabaru pertama kali menggelar pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah pada tahun 2005.
Nama Pasangan | Perolehan Suara[11] |
---|---|
Sjachrani Mataja–Fatizanolo | 36.977 suara (32,06%) |
Irhami–Dulman | 26.759 suara (23,20%) |
Tata M Anwar–Sabaruddin | 23.685 suara (20,54%) |
Suriatinah–Saidi Noor | 14.001 suara (12,40%) |
Firdaus Mansyori–Gerilyansyah Basrindu | 13.901 suara (12,05%) |
Sesuai dengan hasil rapat pleno terbuka rekapitulasi penghitungan suara pilkada di KPUD Kotabaru tanggal 8 Juli 2005, dari 18 kecamatan dan 190 desa yang ada di Kotabaru, pasangan Sjachrani Mataja–Fatizanolo ditetapkan sebagai bupati dan wakil bupati Kotabaru terpilih untuk masa jabatan 2005–2010.
Pada tanggal 2 Juni 2010, Kotabaru kembali menggelar pemilu kada yang juga bersamaan dengan Pilgub Kalimantan Selatan dan pilkada-pilkada lainnya di kabupaten/kota di Kalimantan Selatan. Empat pasangan ditetapkan sebagai kandidat calon pemimpin Kabupaten Kotabaru.
No. | Nama Pasangan | Perolehan Suara[12][13] |
---|---|---|
1 | Irhami Ridjani–Rudy Suryana | 43.358 suara (33,38%) |
2 | Alamsyah–Abdul Haris | 42.392 suara (32,64%) |
3 | Bahruddin–Mursyid Arsyad | 20.021 suara (15,41%) |
4 | Abdul Hakim–Sugiannor | 24.111 suara (18,56%) |
Namun dengan persentase yang tipis antara pasangan nomor 1 dan nomor 2, maka pasangan nomor 2, yakni Alamsyah-Abdul Haris menggugat ke Mahkamah Konstitusi[14]karena menduga terjadinya kecurangan dalam pilkada Kotabaru. Namun, gugatan itu akhirnya ditolak oleh MK dalam sidang keempat kalinya karena tidak terbukti adanya pelanggaran sistematis dan terstruktur.[15]
Dengan demikian, pasangan Irhami-Rudy resmi menjadi bupati dan wakil bupati Kotabaru terpilih. Pelantikan dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2010 oleh gubernur Rudy Ariffin di gedung Mahligai Pemuda, Kotabaru.[16]
Referensi[sunting | sunting sumber]
- ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Diakses tanggal 2013-02-15.
- ^ (Indonesia) Songo, Edi. Genius Senior. WahyuMedia. p. 94. ISBN 9797950921.ISBN 978-979-795-092-7
- ^ Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia, Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Jilid 1, Lange & Co., 1853
- ^ (Inggris) The New American encyclopaedia: a popular dictionary of general knowledge, Volume 2, D. Appleton, 1865
- ^ http://pl.wikipedia.org/wiki/W%C5%82adcy_Kalimantanu
- ^ Ratu Mas dari Tanah Bumbu
- ^ Truhart P., Regents of Nations. Systematic Chronology of States and Their Political Representatives in Past and Present. A Biographical Reference Book, Part 3: Asia & Pacific Oceania, München 2003, s. 1245-1257, ISBN 3-598-21545-2.
- ^ (Inggris) (1853)Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde 1.
- ^ (Belanda) (1853)Verhandelingen en Berigten Betrekkelijk het Zeewegen, Zeevaartkunde, de Hydrographie, de Koloniën 13. p. 354.
- ^ Native states (zelfbesturen) in Dutch Borneo, 1900
- ^ Suara Karya - Sudah Lima Pasangan Hasil Pilkada Lapor ke Gubernur. Diakses 15 Agustus 2010
- ^ TvOne - KPU Tetapkan Irhami-Rudy Menang di Kotabaru. Diakses 17 Juni 2010
- ^ Finroll News - KPU Siap Hadapi Gugatan Alam-Haris di MK. Diakses 17 Juni 2010
- ^ Tribun News - Pasangan Alam-Haris Ajukan Gugatan ke MK. Diakses 17 Juni 2010
- ^ Radar Banjarmasin - Gugatan Alamsyah Kandas. Diakses 3 Juli 2010
- ^ Radar Banjarmasin - Irhami Disambut Demo. Diakses 11 Agustus 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar