Jumat, 23 Oktober 2015

Kerajaan di Bali ( Singhamandawa dan Rajakula Warmadewa ) Kehidupan ekonomi dan sosial budaya




1.   Mata pencaharian
Dari beberapa prasasti yang dikeluarkan oleh raja-raja Bali kuna dapat diketahui mengenai kehidupan dan mata pencaharian masyarakat Bali kuna. Umumnya penduduk pulau Bali sejak zaman dahulu hidup terutama dari bercocok tanam. Dalam prasasti Songan Tambahan salah sebuah prasasti dari raja Marakata ada disebutkan istilah-istilah yang berhubungan dengan cara mengolah sawah dan menanam padi yaitu : amabaki, atanem, amantum, ahani, anutu. Proses penanaman padi pada waktu itu disebut sebagai berikut, yaitu dimulai dengan mbakaki (pembukaan tanah), kemudian mluku (membajak tanah), tanem (menanam padi), mantum (menyiangi padi), ahani (menuai padi) dan nutu (menumbuk Padi).

Dari keterangan di atas jelaslah bahwa pada masa pemerintahan Raja Marakata, bahkan mungkin pula pada masa sebelumnya, pertanian khususnya pengolahan tanah di Bali telah maju. Hidup berkebun juga telah umum pada masa itu. Macam-macam tanaman yang merupakan hasil perkebunan antara lain adalah nyu (kepala), kelapa kering (kopra), hano (enau), kamiri (kemiri), kapulaga, kasumbha (kesumba), tals (ales, keladi), bawang bang (bawang merah), pipakan (jahe), mula phala (wartel dan umbi-umbian lainnya), pucang (pinang), durryan (durian), jeruk, hartak (kacang hijau), lunak atau camalagi (asam), cabya (nurica), pisang atau byu, sarwaphala (buah-buahan), sarwa wija atau sarwabija (padi-padian), kapas, kapir (kapuk randu), damar (damar).

2.   Pendidikan
Karena terbatasnya sumber mengenai keadaan pendidikan pada zaman Bali kuno maka untuk mengetahuinya akan dicoba menelusuri dari segi kehidupan masyarakat pada masa itu. Mengingat bahwa pada masa itu telah dikenal keahlian-keahlian khusus seperti : pande, undagi, pemahat, pemotong dan lain sebagainya, maka tentunya keahlian tersebut didapat dengan cara belajar.
Proses belajar dan mengajar antara seorang guru dengan muridnya dilakukan pula di asrama-asrama pendeta yang telah banyak ada pada zaman Bali kuno. Dalam prasasti-prasasti ada disebutkan nama-nama antara lain, prasasti Tengkulak A menyebutkan : Sang Hyang mandala ring Amarawati. Prasasti Tengkulak E menyebutkan : Amarawati-Acarama, prasasti Tengkulak C menyebutkan : Katyagan i hani Songan Tambahan. Salah satu asrama yang paling terkenal pada zaman Bali kuna ialah Asrama Amarawati, yang menurut pendapat R. Goris yang dimaksud adalah kompleks Candi Gunung Kawi sekarang. Hasil-hasil kesusastraan yang diciptakan di Bali baru mulai bermunculan pada waktu pemerintahan Dalem Waturenggong (1460 - 1550). Lebih-lebih setelah perpustakaan Majapahit dibawa ke Bali. Pada zaman itulah datang ke Bali Danghyang Nirartha (Pedanda Sakti Wau Rauh) yang menciptakan banyak kitab-kitab kesusastraan. Ketika itulah kesusastraan Bali mengalami zaman keemasannya. Pada zaman pemerintahan Dalem Waturenggong inilah disusun bermacam-macam lontar tentang ke Tuhanan, sesana (kesusilaan), wariga (ilmu perbintangan), usada (pengobatan), babad (sejarah), itihasa (parwa, geguritan) dan lain sebagainya.

3.   Kesusastraan
Untuk mengetahui mengenai keadaan dan perkembangan kesusastraan pada zaman Bali kuno, maka perlu mengetahui hubungan sejarah dan kekeluargaan antara Bali dan Jawa Timur pada masa itu. Hasil-hasil kesusastraan yang diciptakan di Bali baru mulai bermunculan pada waktu pemerintahan Dalem Waturenggong (1460-1550). Lebih-lebih setelah pustakaan Majapahit banyak dibawa ke Bali. Pada zaman itulah datang ke Bali Danghyang Nirartha (Pedanda Sakti Wau Rauh) yang mengarang banyak kitab-kitab kesusastraan.

4.   Kesenian
Dalam pandangan masyarakat pada umumnya, pengertian kesenian (seni) sering disamakan begitu saja dan malah sering dikacaukan dengan keindahan. Kita sering pula berpendapat bahwa semua yang indah itu bernilai seni. Jadi pengertian kesenian dan keindahan berbauran saja tanpa ada pembatasannya. Sebenarnya tidak semua yang indah itu bernilai seni, sebab ada keindahan yang merupakan atau yang tidak termasuk karya seni, atau sebaliknya tidak semua kesenian (karya seni) itu indah. Secara garis besarnya hasil kegiatan estetika manusia itu meliputi tiga kegiatan seni antara lain:
a.    Kenyataan lahiriah (kesenian/karya seni).
b.    Aktivitas (tindakan yang memungkinkan lahirnya karya seni).
c.    Perasaan yang bersangkutan dengan karya seni.

Macam-macam Karya Seni (Kesenian)
Kesenian atau keindahan seni dalam arti luas meliputi seni sastra, seni bangunan, seni arca, seni tari, seni suara/vokal, seni tabuh dan berbagai jenis kesenian yang dipentaskan. Dari pembacaan teks prasasti-prasasti yang telah ditemukan sampai saat ini dapat diketahui bahwa pada zaman Bali kuno telah hidup beberapa cabang kesenian seperti seni tari, seni tabuh, seni suara/vokal, lawak, dan beberapa jenis seni tontonan lainnya. Tetapi nama-nama kesenian atau tontonan yang disebutkan didalam prasasti-prasasti tidaklah seluruhnya dapat kita identifikasikan dengan cabang-cabang kesenian atau tontonan yang masih hidup sampai dewasa ini. Nama-nama cabang kesenian yang paling banyak diketahui ialah dari prasasti-prasasti yang dikeluarkan oleh raja Anak Wungsu.

Seni Pahat dan Seni Lukis
Selanjutnya kesenian lainnya yang dikenal ialah semacam kesenian yang disebut Culpika dan Citakara. Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia istilah-istilah tersebut berarti : pemahat patung untuk istilah Culpika dan pelukis untuk istilah Citrakara. Istilah-istilah tersebut memberikan suatu gambaran bahwa pada masyarakat Bali kuno sudah ada orang mempunyai keahlian di bidang seni pahat dan seni lukis. Hanya saja data-data mengenai hal ini tidak banyak kita temukan dalam sumber-sumber tertulis seperti prasasti pada umumnya. Hanya beberapa prasasti yang memuat tentang seni tersebut.

Seni bangunan
Prasasti-prasasti cukup banyak menyebutkan nama-nama bangunan khususnya bangunan suci keagamaan, disamping itu juga bangunan suci sebagai pedharman seorang raja atau pejabat tinggi kerajaan atau juga seorang permaisuri kerajaan. Tetapi sayang banyak tempat yang disebutkan dalam prasasti sebagai tempat lumah (wafat) seorang raja atau permaisuri raja belum diketahui lokasinya hingga sekarang. Selain jenis bangunan tersebut, juga ditemukan jenis bangunan yang disebut wihara atau pertapaan. Semua jenis bangunan yang merupakan peninggalan dari zaman kuno itu beberapa diantaranya masih dapat ditemukan sampai saat ini antara lain : Prasada di Pura Magening (Tampaksiring), kompleks percandian Gunung Kawi, Goa Gajah, Wihara-wihara/pertapaan-pertapaan di sepanjang sungai Pakerisan dan Kerobokan dan lain sebagainya. Dari bangunan-bangunan tersebut dapat diketahui bahwa ada unsur keindahan yang mewarnai gaya bangunan atau arsitektur. Seni bangunan atau arsitektur yang terlihat pada bangunan-bangunan meliputi : bentuk bangunan, tata letak dan penentuan atau pemilihan lokasi. Aspek-aspek arsitektur ini kemudian sangat menentukan rasa puas atau tidaknya si pemilik bangunan baik lahir maupun bathin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar