Asal Usul Pulau Kalimantan
Dahulu
Kala, saat dimana batu dan laut sajalah yang mampu menyimpan memori
ini, Pulau Kalimantan merupakan suatu daratan datar yang amatlah luas,
semua orang dapat berjalan dengan mudah kemanapun mereka mau. Tidak ada
bukit yang menjulang maupun tanah landai yang dalam. Hanya ada lautan
yang datar untuk berenang dan daratan yang datar untuk berjalan. Manusia
tinggal dengan damai di atasnya.
Sang Dewa wilayah atas, tidak puas dengan hal tersebut. "Mengapa saya
harus tinggal dan berjalan di tingkatan yang sama dengan manusia dan
hewan? Mengapa mereka harus tinggal di dalam rumah yang sama tingginya
dengan tubuhku? Bukankah seharusnya saya berada di atas mereka?"
Sang Dewa amatlah kesal dengan hal tersebut. Sang Dewa mencari tempat
untuk membangun rumah yang lebih tinggi daripada manusia dan hewan,
sang dewa mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini selama
berminggu-minggu bahkan bertahun-tahun, rasa kesal yang ia pendam
selama bertahun-tahun, membuatnya menjadi jelek dan kejam.
Tiba-tiba jawaban muncul dibenaknya. Dia harus membangun sebuah gunung.
Gunung akan membuatnya tinggal ditempat yang lebih tinggi daripada
manusia biasa. Namun, gunung`seperti apa? Gunung dari apakah yang harus
Ia buat? Dia berpikir dan mengamati bebatuan, tanah, rerumputan, semak
belukar, dan pohon yang besar. Namun dari semua itu, tidak ada yang
cukup mulia untuk membangun gunung dan rumahnya.
Akhirnya Sang Dewa memutuskan emas. Emas berkilau dan bercahaya. Emas
juga amatlah indah dan mulia. Emas juga dipercaya sebagai benda yang
amat berharga oleh rakyat sekitar. Tentu saja, sebuah gunung emas
amatlah mulia untuk rumahnya. Kemudian, ia menyulap semua emas yang ada
di muka bumi dan membentuknya menjadi gunung yang menjulang amat
tinggi, lebih berkilau di pagi hari dibandingkan dengan cahaya matahari
itu sendiri.
Para rakyat amat terkesima, mereka menyanyikan kidung dan pujian serta
tunduk kepada sang Dewa. Hal ini amat dihargai dan dianggap sebagai
pujian yang amat hangat oleh Dewa wilayah atas.
Di puncak gunung tersebut Sang Dewa membangun sebuah rumah yang
memancarkan cahaya yang amatlah terang yang amatlah menusuk mata
meskipun gunung emas tidak bersinar. Keindahan cahaya rumah Sang Dewa
membuat matahari dan
bulan pucat dalam ketakutan.
Para rakyat semakin mengagungkan Dewa dan terkesima pada rumah Sang
Dewa. Hal ini lebih menyenangkan hati Sang Dewa Wilayah Atas. Namun
tidak menyenangkan Sang Dewa Wilayah Bawah. Sang Dewa Wilayah Bawah
menjadi naik darah, didalam kegelapan amarahnya, Ia berkata "Siapakah
dia menurutnya? Apakah yang dapat ia perbuat, jika ia telah memiliki
sebuah gunung emas dan rumah yang megah? Jika ia mempunyai sebuah
gunung emas, aku juga harus memiliki sebuah gunung"
Sang Dewa Wilayah Bawah mencari emas untuk membangun gunungnya sendiri
-- lebih tinggi, lebih besar, dan lebih bersinar dibandingkan milik
Dewa Wilayah Atas. Namun tidak ada lagi emas yang tersisa di bumi.
Sang Dewa Wilayah Bawah melihat gunung menjulang. Ia tidak mau kalah
dan merasa terkutuk. Dan akhirnya, ia tidak dapat menahan keinginannya
lagi dan ia memutuskan untuk membangun gunung miliknya dengan apapun
yang tersisa -- bebatuan dan tanah.
Sang Dewa Wilayah Bawah membangun sebuah gunung yang luar biasa --
lebih tinggi daripada awan, terbentuk dengan sempurna dan sangat nyaman
dipandang mata. Namun tidak bercahaya seperti kilauan emas. Gunung itu
tidak menyilaukan mata. Maka para rakyat tertawa dan meremehkannya.
Wajah Sang Dewa Wilayah Bawah menjadi merah, semerah nyala api lahar.
Sang Dewa menjadi naik darah. Dia tahu bahwa membangun sebuah gunung
yang besar tidaklah cukup. Dia harus membuat gunung yang jauh lebih
indah dibandingkan Gunung milik Dewa Wilayah Atas.
Dalam kemarahannya yang luar biasa. Dewa Wilayah Bawah mengambil
beberapa batuan disekitar wilayah ia membangun gunung tersebut dan
menghancurkannya dengan jari tangannya sekuat tenaga. Ketika ia membuka
tangannya, ia melihat bahwa bebatuan tersebut berubah menjadi batuan
mulia, seperti batu merah delima, zamrud, safhir, dan permata. Namun
sang Dewa masih merasa tidak puas. Ia menyemburkan api dan es ke
bebatuan ini hingga menghasilkan bebatuan berkilau yang amat indah.
Sang Dewa Wilayah Bawah meletakkan bebatuan tersebut di permukaan
gunungnya. Kemudian ia terus menerus menghancurkan dan menggali lebih
banyak bebatuan dan menyemburkan api dan es ke bebatuan tersebut hingga
gunung miliknya ditutupi dari atas hingga bawah oleh bebatuan mulia
terindah dengan berbagai warna yang tidak dapat dibayangkan
keindahannya.
Kini, rakyat juga menyorak-nyoraki dan tunduk kepada Sang Dewa Wilayah
Bawah. Mereka menyembah dan tunduk kepada Dewa Wilayah Bawah.
Kedua Dewapun saling bertengkar, mereka saling meneriakkan hinaan
melewati tanah landai diantara kedua gunung milik mereka. Petir
Menyambar dan pepohonan berjatuhan. Kedua Gunung menjadi semakin landai
dan landai, mereka saling menghantam mencoba merubuhkan gunung satu
dengan yang lain.
Akhirnya kedua gunung meledak dalam erupsi api lahar yang menutupi
langit dengan debu asap dan awan. Lahar mengalir deras melalui
puing-puing gunung yang tersisa. Aliran lahar tersebut kemudian
membentuk Pulau Kalimantan. Namun emas dan bebatuan berharga terbang
tinggi ditiup kemanapun angin berhembus dan terbawa ke langit surga.
Bebatuan berharga tersebut jatuh bagaikan hujan tertanam dalam di perut
bumi. Bebatuan tersebut menanti hingga manusia pada generasi ke 1000
menggali dan menemukan mereka.
Kalimantan berarti Sungai yang Banyak Intannya. Dan para penduduk lokal
percaya, apabila engkau pernah meminum air Kalimantan, suatu saat
engkau akan menemukan jalan kembali ke Kalimantan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar