Sejarah Kampung Sungai Utik
Sejarah Kampung Sungai Utik
(Sumber : kutipan dan kompilaisi dari tulisan dalam laporan lembaga LBBT, SHK, dan PPSDAK)
Kampung
Sungai Utik pertama kali datang dari Lanjak, namun karena ladang mereka
sering terserang hama belalang besi maka mereka pindah dari Lanjak
menuju ke Sungai Abau dan tepatnya di Sungai Kersik. Tanpa diketahui
alasan yang jelas dari Sungai Kersik mereka pindah ke Lanjak lagi, dan
dari Lanjak pindah ke Sungai Abau. Akibat perpindahan ini terpecah
menjadi dua kelompok yaitu:
• Kelompok Ijon pindah ke Palapintas
dengan jumlah 6 (enam) buah pintu dan Ijon selaku Tuai Rumah. Kelompok
ini selanjutnya melahirkan Tembawai Palapintas Merundup.
• Kelompok
Pateh Judan pindah ke Belatong dengan jumlah 7 (tujuh) buah pintu dan
Pateh Judan selaku Tuai Rumah. Kelompok ini selanjutnya melahirkan
Tembawai Sungai Belatong.
• Kelompok Ijon pindah ke Tembawai Pantak dengan alasan banjir dan kelompok Pateh Judan kemudian pindah ke Tembawai Pinang.
• Tembawai Inyak, lama di tembawai ini kurang lebih 30 tahun dan dengan jumlah 19 pintu.
• Tembawai Sungai Aji, lama di tembawai ini kurang lebih 20 tahun dengan jumlah 27 pintu.
• Tembawai Gerunggang (1894-1899), lamanya 5 tahun dengan jumlah 14 pintu.
• Tembawai Rerak (1899-1907), lama menempati Tembai ini adalah 8 tahun dengan jumlah 15 pintu
• Tembawai Mugang (1907-1922), lamanya 15 tahun dengan jumlah 16 pintu
• Temabawai Pantap (1922-1950), lamanya 28 tahun dengan jumlah 19 pintu
• Tembawai Kenyalang (1950-1956), lamanya 6 tahun dengan jumlah 18 pintu alasan pindah karena rumah angat
• Tembawai Dampak Sungai Aji Puntul (1956-1957), lamanya 1 tahun alasan pindah karena sering terjadi kematian dan rumah rusak
• Tembawai Uji Bilik (1957-1972), ada 25 pintu dan alasan pindah karena rumahnya rusak.
• Pindah ke Rumah Panjang Sungai Utik (1972-sekarang)
Letak geografis dan keadaan alam
Sungai
Utik adalah salah satu kampung yang terletak di bagian Utara Kabupaten
Kapuas Hulu. Secara geografis kampung ini terletak pada 49N 0671000 -
0682000 BT dan UTM 0115000 - 0140000 LU. Pusat kampung terletak di tepi
Sungai Utik yang mengalir ke arah Selatan bermuara ke Sungai Cemeru dan
selanjutnya bermuara pula ke Sungai Kapuas. Bagian selatan wilayah
kampung merupakan daerah dataran rendah yang terdiri dari daerah rawa
yang sering tergenang air, sementara pada bagian Utara adalah daerah
berbukit-bukit.
Secara administratif, kampung Sungai Utik
merupakan salah satu Dusun di wilayah Desa Pengembangan Rantau Perapat
Kecamatan Embaloh Hulu. Sungai Utik sendiri merupakan pusat Desa
pengembangan yang meliputi dusun: Sungai Utik, Munggu, dan Lao’ Rugun.
Struktur pemerintahan Desa adalah:
Kades : Marsilus Uli ( Sungai Utik)
Kadus Sungai Utik : Iman
Kadus Mungguk : Mael
Kadus Lao Rugun : Jus
Sungai
Utik merupakan sungai terbesar yang mengalir membelah wilayah dari
Utara ke Selatan melintasi Pemukiman Sungai Utik. Sungai ini dapat
digunakan untuk lalu lintas alternatif oleh penduduk dengan mengunakan
perahu motor untuk menuju ke Nanga Embaloh dan Putussibau. Airnya cukup
bersih dan dingin karena berasal dari daerah pegunungan dan mengalir
melalui kawasan hutan primer yang sangat luas.
Kondisi tanah
masih subur, hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan tanaman yang
diusahakan oleh masyarakat seperti: padi, jagung, sayuran, ubi , karet
dan tanaman lainnya. Kawasan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
kegiatan pertanian meliputi bagian tengah dan sekitar pemukiman,
sementara bagian lain sekitar 70 persen masih merupakan hutan primer
yang banyak terdapat berbagai jenis kayu bangunan dan berbagai hewan.
Penduduk dan Pemukiman
Penduduk
yang mendiami wilayah Sungai Utik adalah suku Dayak Iban dengan bahasa
Iban sebagai bahasa sehari-hari. Penduduk tinggal di rumah Panjai (rumah
panjang) dimana rumah ini merupakan ciri khas Dayak. Bentuknya masih
cukup orisinil dan masih utuh, dengan panjang 170,65 meter yang terdiri
dari 28 pintu, memiliki ruai, bilik, tanyo, sadau dan sadau bugau.
Penduduk
berjumlah 67 kepala keluarga yang terdiri dari 98 laki-laki dan 191
perempuan. Prosentase perempuan lebih banyak karena kebanyakan warga,
terutama anak remaja laki-laki banyak pergi merantau ke Sarawak dan
Sabah Malaysia.
Transportasi
Untuk dapat sampai ke kampung
Sungai Utik, kita harus menempuh jarak sekitar 700 kilometer dari
Pontianak dengan lama perjalanan sekitar 17 jam menggunakan mobil.
Perjalanan ke kampung ini dapat ditempuh dengan menggunakan:
• bis umum dari Pontianak sampai ke Putussibau, kemudian menggunakan mobil angkutan pedesaan sampai ke kampung Sungai Utik.
•
perahu motor dari Pontianak menyusuri Sungai Kapuas sampai ke
Putussibau, selanjutnya dapat terus menggunakan perahu motor yang lebih
kecil sampai ke kampung atau menggunakan mobil angkutan pedesaan.
• pesawat DAS dari Pontianak sampai ke Putussibau, kemudian menggunakan mobil angkutan pedesaan.
Kondisi
jalan dari Pontianak sampai ke Putussibau, sebagian beraspal dan
sebagian lagi masih jalan tanah. Dari ibukota Kabupaten Putussibau saat
ini telah dibangun jalan menuju ke Badau yang melintasi kampung Sungai
Utik. Ketika kegiatan pemetaan, pekerjaan jalan masih berlangsung dan
dalam tahap pengerasan. Dengan adanya jalan itu maka masyarakat Sungai
Utik tidak lagi menggunakan sungai sebagai jalur transportasi utama
untuk ke Putussibau dan ke tempat lain.
Sisi lain dengan
dibangunnya sarana transportasi berupa jalan yang langsung menghubungkan
daerah Sungai Utik dengan ibukota kabupaten memberikan kontribusi
semakin berkurangya kualitas dan rusaknya tatanan masyarakat yang
dikenal sebagai masyarakat yang arif dan bijaksana.
- Sarana Komunikasi
Sarana
komunikasi yang ada adalah Radio dengan siaran yang dapat ditangkap
dengan jelas adalah siaran RRI Pontianak. Sedangkan informasi luar
negeri di Sungai Utik diterima dengan jelas siaran radio BBC London dan
Suara Amerika dan radio amatir Malaysia.
Sungai Utik merupakan
sungai terbesar yang mengalir membelah wilayah dari Utara ke Selatan
melintasi Pemukiman Sungai Utik. Sungai ini dapat digunakan untuk lalu
lintas alternatif oleh penduduk dengan mengunakan perahu motor untuk
menuju ke Nanga Embaloh dan Putussibau. Airnya cukup bersih dan dingin
karena berasal dari daerah pegunungan dan mengalir melalui kawasan hutan
primer yang sangat luas.
Kondisi tanah masih subur, hal ini
dapat dilihat dari pertumbuhan tanaman yang diusahakan oleh masyarakat
seperti: padi, jagung, sayuran, ubi , karet dan tanaman lainnya. Kawasan
yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian meliputi
bagian tengah dan sekitar pemukiman, sementara bagian lain sekitar 70
persen masih merupakan hutan primer yang banyak terdapat berbagai jenis
kayu bangunan dan berbagai hewan.
Penduduk dan Pemukiman
Penduduk
yang mendiami wilayah Sungai Utik adalah suku Dayak Iban dengan bahasa
Iban sebagai bahasa sehari-hari. Penduduk tinggal di rumah Panjai (rumah
panjang) dimana rumah ini merupakan ciri khas Dayak. Bentuknya masih
cukup orisinil dan masih utuh, dengan panjang 170,65 meter yang terdiri
dari 28 pintu, memiliki ruai, bilik, tanyo, sadau dan sadau bugau.
Penduduk
berjumlah 67 kepala keluarga yang terdiri dari 98 laki-laki dan 191
perempuan. Prosentase perempuan lebih banyak karena kebanyakan warga,
terutama anak remaja laki-laki banyak pergi merantau ke Sarawak dan
Sabah Malaysia.
Lembaga Adat
Struktur institusi adat di Sungai Utik adalah sebagai berikut:
Timanggung : Umping ( Sungai Utik) membawahi 7 kampung di 2 desa
Rantau perapat dan Langan Baru
Patih : 1. Bungin (Unga) membawahi Desa Langan Baru
2. ( Lao Rugun) meninggal dan belum diganti membawahi
Desa Rantau Perapat
Tuai Rumah : 1. Bandi ( Sungai Utik)
2. Sare ( Munggu)
3. Rugun ( Lao Rugun)
4. Jebing ( Pulan)
5. Bungin ( Unga)
6. Ucing ( Apan)
7. Ukin ( Sungai tebelian
Sarana Pendidikan dan kesehatan
Sarana
pendidikan yang ada di Sungai Utik yaitu Sekolah Dasar Negeri beserta
dengan Gedung Sekolah dan guru pengajar. Untuk menempuh pendidikan yang
lebih tinggi mereka harus tinggal di Putussibau atau ke tempat lain.
Sedangkan sarana Kesehatan yang ada adalah Puskesmas dan Polindes dengan
tenaga kesehatan seorang mantri dan seorang bidan.
Mata Pencaharian
Mata
pencarian pokok masyarakat adalah berladang dan menyadap karet. Sekedar
untuk menambah pendapatan mereka berburu, membuat kerajinan berupa
anyaman dan tenun kain.
Untuk memperbaiki mutu perekonomian
masyarakat, maka di Sungai Utik telah didirikan sebuah Koperasi Kredit
yaitu “Credit Union Tuah Menua” yang secara resmi didirikan pada
tanggal 18 Agustus 1998. Upacara peresmiannya dilakukan secara adat
yang dihadiri oleh AR. Mecer (YKSPK) dan Masiun (LBBT). Berdirinya
Koperasi Kredit itu difasilitasi oleh Lembaga Bela Banua Talino.
Pengurus
dan anggota Koperasi adalah masyarakat Sungai Utik dan sekitarnya.
Untuk tahap awal, wilayah pelayanan adalah desa Rantau Perapat dan desa
Langan Baru.
Peta yang dihasilkan
Peta-peta yang dihasilkan:
a. Peta Referensi e. Peta Aliran Sungai
b. Peta tataguna lahan f. Peta Keramat/ Kuburan
c. Peta Penyebaran Hewan g. Peta Penyebaran pohon
d. Peta Pemukiman
Luas wilayah dan pembagian tataguna lahannya
Berdasarkan
data yang diambil pada waktu melakukan pemetaan, dapat diketahui luas
wilayah Sei. Utik seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel
Luas Wilayah Sei Utik
Berdasarkan Jenis Pemanfaatan Lahan
Jenis Pemanfaatan Lahan Luas (Ha)
Kebun Karet 156.28
Rimba 6,765.00
Sawah 244.98
Babas 2,036.32
Tembawang 15.96
Keramat 5.64
Engkabang 156.28
Total 9,380.46
Sumber: Data lapangan, 1998
Nama-nama Munggu
1. Empegal 4. Keladan 6. Kemayau
2. Demam 5. Pujan 7. Pendam
3. Tapang
Nama-nama Bukit
1. Sabang 3. Perimpah tuan 5. Tugu Jawa
2. Tungko 4. Panto 6. Ringka
Nama-nama sungai
1. Utik 31. Pujan 60. Pujan kara
2. Pujan rusa 32. Sinur 61. Cemeru
3. Mawang 33. Bunut 62. Tapang mengaris
4. Bakong 34. Temune 63. Ambun
5. Tise besai 35. Tise luput 64. Salah anyut
6. Pujan rusa 36. Gerama 65. Tekalong
7. Kenyalang 37. Ririk 66. Salam
8. Lempong 38. Langkau jupi 67. Kawing
9. Tabao 39. Bemban 68. Ngelai
10. Bengang 40. Aji 69. Aji puntul
11. Udin 41. Baya 70. Giok
12. Ulu sawa 42. Japek 71. Sega
13. Sibiro 43. Sepitoh 72. Puak
14. Gintingsalin 44. Pelai 73. Adong
15. Sede 45. Rian 74. Dampa
16. Ran 46. Jaboh 75. Perejok
17. Sedamun 47. Tapang 76. Maram
18. Langkauangus 48. Selanggai 77. Laut
19. Kebos 49. Kesuli 78. Nansang
20. Aping 50. Pelanduk 79. Ng.lubok
21. Judi 51. Nteli 80. Engkabang
22. Libao 52. Lemayong 81. Perdok karang
23. Tapangbungkak 53. Kemantan 82. Camang
24. Asam 54. Babai 83. Gerugok
25. Engkalumbe 55. Sepan besai 84. Tapang akop
26. Insair 56. Sada 85. Kabol
27. Sinyup 57. Perao 86. Batu
28. Lampah 58. Nimbung 87. Nanga tiga
29. Nanga dua 59. Jangkang 88. Bakong
30. Labi
Nama-nama Danau
1. Demam 6. Empelanjau 10. Nanga
2. Lemayung 7. Engkabang 11. Kepapak
3. Rembali 8. Ganggak 12. Kuncit
4. Ucau 9. Bontoi 13. Jambu
5. Nyato’
Nama-nama Temawai
1. Rerak 6. Embaloh 11. Ijok
2. Ng.s. Aji 7. Ali 12. Pujan
3. Sungai Aji 8. Kepayang 13. Kenyalang 1
4. Kelabo 9. Pinang 14. Kenyalang 2
5. Gerunggang 10. Inyak 15. Pantap
Tempat keramat
1. Keramat Danau Marau 4. Keramat Ngintu Menua
2. Keramat Munggu Mpegal 1 5. Keramat Munggu Mpegal 2
3. Salib Masir
Pendam/Rarong
1. Pendam Basai 5. Pendam katolik
2. Pendam Kam 6. Pendam orang Munggu
3. Pendam anak biak (tanah mali’) 7. Rarong Ibai
4. Rarong Ragai 8. Rarong Jagan
Jenis-Jenis Tumbuhan
Kayu Bangunan
1. Kedang rubeh 50. Sengkang 98. Panuk
2. Selukai 51. Dilah 99. Ran
3. Kemayau 52. Ungit 100. Selangking
4. Najau 53. Encerindak 101. Engkalumbe
5. Ensanut 54. Ulit 102. Karet
6. Mengagang 55. Melapi 103. Barek
7. Sinur 56. Bungor 104. Entimau
8. Tampan 57. Menjemuk 105. Menggasing
9. Patas 58. Merama 106. Tulang ular
10. Cemari 59. Melaban 107. Malam
11. Luweh 60. Luweh nimoh 108. Marpinang
12. Nyato 61. Nyato temiang 109. Mawang
13. Empelam 62. Mangga 110. Sibau
14. Limau 63. Keniong 111. Tebelian kapur
15. Tebelian wi 64. Tekam 112. Tekam padi
16. Tekam ensurai 65. Tekam kerabat 113. Tekam rian
17. Tekamlampung 66. Panggau 114. Perawan
18. Gereh 67. Pelai 115. Nyeluting
19. Melebot 68. Kumpang 116. Papa
20. Kedemak 69. Kemunting 117. Penyau
21. Penyau kemiding 70. Ngelai 118. Mengareh
22. Kampas 71. Tapang 119. Kaladan wi
23. Kaladan kapur 72. Resak kapur 120. Resak bara
24. Penawar 73. Penawar mansau 121. Penawar lup
25. Rampo kijang 74. Pingan 122. Manyam
26. Bilau 75. Purang 123. Kerubung
27. Ntali 76. Gerunggang 124. Merebung
28. Petai 77. Ramin 125. Panggu
29. Pukul 78. Badang 126. Sempetir
30. Ngemilas 79. Entangor 127. Entangor batu
31. Rarok 80. Kelansau 128. Bungkang
32. Raro 81. Tunam 129. Tuso bayak
33. Menuang 82. Ubah 130. Kepayang
34. Jambu 83. Empelanyau 131. Pelai
35. Nguang 84. Temala’ 132. Pitoh
36. Belante 85. Nsarai 133. Babai
37. Muman 86. Engkabang 134. Engkabang ramai
38. Engkabangtukung 87. Kasai 135. Bukuh
39. Mukung 88. Semukau 136. Suloh
40. Mecang 89. Panseh 137. Engkabangkeminting
41. Enselan 90. Kara 138. Beringin
42. Perdok 91. Terentang 139. Samak
43. Kesindok 92. Bunok 140. Merjemah
44. Medang semat 93. Medang kacang 141. Medang ulu lunga
45. Medang miang 94. Medang melabang 142. Medang pawas
46. Medang libas 95. Medang arau 143. Medang subung
47. Medang celum batang 96. Medang balung 144. Medang beting
48. Medang kerapa 97. Medang kala’ 145. Medang seluai
49. Medang kekalau
Buah-buahan
1. Rian 22. Riang isu 43. Rian tai anak
2. Riang gerinang 23. Nyekak 44. Sibau
3. Beletek 24. Ruki 45. Melanjan
4. Kuku baning 25. Titi dan 46. Punjung
5. Pudun 26. Mertapang 47. Rembai
6. Salam lensat 27. Pedalai 48. Tekalong
7. Pala musoh 28. Ntawa’ 49. Siak
8. Kandeh 29. Ngeranyek 50. Bukoh
9. Puak 30. Kemayau 51. Dedabai
10. Jelentik 31. Kekang 52. Ngkejirak
11. Lemak adau 32. Kubal 53. Tabau
12. Petai 33. Inyak 54. Pinang
13. Pisang 34. Nangka 55. Berunai
14. Gentok 35. Lengkek 56. Ngkerinyo
15. Kepayang 36. Pulok 57. Ingor
16. Bungkang 37. Perdok jugam 58. Perdok padi
17. Maram 38. Keminting 59. Kemunting
18. Ujung 39. Pal ucok 60. Nangka belanda
19. Empelanyau 40. Midong 61. Kesindok
20. Mawang 41. Mpelam 62. Limau
21. Ridan 42. Kancam peladuk 63. Pingan
Tanaman Palma
1. Mulong 7. Ntibap 13. Mudur
2. Aping 8. Pelat. 14. Maram
3. Gernih 9. Ridan 15. Pantok
4. Jepelak 10 Wi 16. Birok
5. Lemayung 11. Inyak 17. Sabun
6. Nibung 12. jaung 18. Ijuk
Jenis bambu
1. Buloh 5. Buloh kuning 9. Pren Betong
2. Pren sbiyau 6. Buloh rintap 10. Buloh ngka
3. Munte’ 7. Aur gageng 11. Jalai
4. Buloh lalau 8. Buloh mpir 12. Pren surik
Jenis rotan
1. Sagak balau 9. Tunggal 17. Danan
2. Leoh 10. Blauk 18. Jawer
3. Sampan 11. Tabu 19. Semambo
4. Serok 12. Jernang 20. Cit
5. Batu 13. Lebak 21. Semut
6. Matar 14. Mukop 22. Sugi
7. Sagak letik 15. Lalau 23. Marau
8. Lian 16. Bayau 24. Unae
Tanaman obat
1. Japa 5. Mpelemau 9. Serapa pinang
2. Retal 6. Soek 10. Pinang
3. Sireh 7. Kunyit 11. Pucung
4. Ntemu 8. Daun kameh
Jenis akar
1. Kemedu 9. Kunyung 16. Mertai
2. Belum 10. Selaseh 17. Mpelas
3. Gemalong 11. Tulang salai 18. Lemak sawa
4. Ngkelayau 12. Kerimpak pinggai 19. Malam
5. Sireh 13. Gelayok rarak 20. Nyunyut
6. Kikat 14. Kuning 21. Sedek
7. Gelabok 15. Kayas 22. Bulek
8. Kelait tengang
Jenis rumput
1. Laut 11. Mawang 21. Enterik lalang
2. Pupuk 12. Sirang belanjau 22. Pakok
3. Kanji 13. Carik kain 23. Engkupak
4. Sela padi 14. Tulang gajik 24. Capi
5. Tulang kusing 15. Kelindang 25. Rubai
6. Bilah kepayang 16. Kejuru bageli 26. Kenyalau
7. Bedega 17. Beluju 27. Empelakang
8. paitPakok kero’ 18. Empasan 28. Kemelang
9. Ngupa 19. Ngabo 29. Pakok pait
10. Ngerapo 20. Puron
Jenis-Jenis Hewan
Binatang mamalia
1. Mayau 12. Landak 22. Ringgin
2. Pelanduk 13. Cit 23. Engkulek
3. Bateh 14. Dubong 24. Luwit
4. Busau 15. Angkeh 25. Kijang
5. Sinang 16. Kubung 26. Nyumoh
6. Cupok 17. Rusa 27. Puan
7. Landak 18. Mpliau 28. Ngkerabak
8. Capi 19. Munsang 29. Aji
9. Jane 20. Kerampu 30. Pukang
10. Kera 21. Merjang 31. Jugam
11. Tupai
Jenis burung
1. Kenyalang 20. Empitu 39. Bayan
2. Sengayan 21. Krakau 40. Lang pukun
3. Tebuk 22. Semujan 41. Engkeririk
4. Beruek 23. Memuas 42. Entala
5. Kejira 24. Ensing 43. Tunggu’
6. Ensulit 25. Kukur 44. Sempidan
7. Bejampung 26. Lang burik 45. Empun
8. Papau 27. Tiong 46. Nendak
9. Imbuk 28. Belatok 47. Engkecung
10. Empula 29. Pipit antu 48. Entelit
11. Taktada 30. Ruwai 49. Mplokok
12. Senabung 31. Bedide 50. Kutuk
13. Belado 32. Semalau 51. Ketupong
14. Kuncit 33. Pipit 52. Kak
15. Lang entabukau 34. Keruak 53. Lang
16. Tajai 35. Pangkas 54. Lang buak
17. Pergam 36. Bagia 55. Layang
18. Pantak daun 37. Berabai 56. Beriak
19. Gangang 38. Sempatiang 57. Put
Jenis ular
1. sawak 10. Parai ikok 19. Puan
2. Gintek 11. Kengkamau 20. Sendok
3. Brudu 12. Ribeh 21. Tikam
4. Marsian 13. Ripang 22. Mparok
5. Beluai 14. Api ae’ 23. Kenyalang
6. Krime’ 15. Sudok 24. Tedung
7. Unyop 16. Bungai 25. Ripung
8. Belalang 17. Ngkadan 26. Kengkang
9. Kenawang 18. Ngkudu 27. Mlimang
Jenis ikan
1. Adong 10. Kujam 18. Njuar
2. Kali 11. Baung 19. Tapah
3. Runtok 12. Mplokong 20. Semah
4. Tilan 13. Indai upai 21. Tuman
5. Mpotong 14. Bantak 22. Ngkarik
6. Ntabalang 15. Kenyulung 23. Nsluai
7. Silok 16. Buing 24. Bangah
8. Palau 17. Kemujuk 25. Belida
9. Kele
Binatang Ampibi
1. Kekura 5. Raung 9. Buang
2. Ringka’ 6. Mpasan 10. Pama
3. Pamak 7. Bobuko 11. Buak
4. Lalabi 8. Baya’ 12. Kunding
Jenis Serangga
1. Kesulai 11. Pakmai 21. Buyah
2. Sawat 12. Bilon apai sali 22. Ukut
3. Indo matar 13. Indo kebari 23. Indo ro
4. Ntabah 14. Sinap 24. Sawir
5. Buntak besi 15. Buntak alau 25. Buntak rusa
6. Buntak tampe 16. Buntak dot 26. Buntak lisa
7. Buntak subung 17. Buntak balang 27. Mpagau pako
8. Mpagau kucop 18. Indo manye 28. Indo gamang
9. Indo pantal 19. Indo kemuso 29. Indo pantak babi
10. Indo pantak sirot 20. Indo naning 30. Indo bubok
DESKRIPSI NAMA-NAMA TEMPAT
I. Bukit Tugu Jawa
Bukit
ini terletak pada koordinat 49 N 0673307 UTM 0130950. Tempat ini
merupakan batas di punggungan bukit. Dinamakan Bukit Tugu Jawa karena
di puncak bukit ini pernah akan dibangun sebuah tugu yang tidak jelas
untuk apa. Rencana pembuatan tugu itu dilakukan oleh orang-orang Jawa
pada sekitar tahun 1962. Dan entah karena apa tugu tersebut tidak jadi
dibangun sehingga semen yang akan dipakai dalam pembuatan tugu itu
membeku. Sampai saat ini bungkahan semen yang membeku itu masih ada
berjumlah 3 buah. Oleh sebab itu masyarakat di sekitar itu menamakan
tempat itu Tugu Jawa.
Bukit Tungko
Dinamakan demikian
karena jika dilihat dari atas berbentuk segitiga menyerupai Tungko.
Bukit ini merupakan batas antara wilayah kampung Sungai utik dan
wilayah kampung Munggu, terletak pada koordinat 49 N 0679489 UTM
0133180.
Bukit Sabang
Di sekitar lereng bukit hingga ke
puncaknya banyak ditumbuhi tanaman Sabang. Tanaman ini kecil mempunyai
daun kecil berwarna hijau bergaris-garis merah. Ketika orang berkunjung
ke sana dapat mengambil batang atau tunasnya untuk ditanam sebagai
tanaman hias di halaman rumah.
Bukit ini terletak dalam wilayah kampung Sungai Utik terletak pada koordinat 49 N 0677547 UTM 0128499.
Kuburan Katolik
Tempat
yang dijadikan kuburan katolik sekarang ini, pada zaman dahulu
merupakan bekas rumah orang Embaloh. Tempat itu di seberang sungai Utik
dekat tempat mandi orang Sungai Utik sekarang. Di sekitar tempat mandi
itu orang menemukan tiang-tiang dari kayu belian yang sedang direndam
oleh orang Embaloh untuk dijadikan rumah. Ada salah satu tiang belian
yang agak aneh dan sering berpindah-pindah tempatnya dan kadang-kadang
menakutkan. Tiang itu berukuran panjang sekitar 15 meter berdiameter 45
cm. Pada tahun 1982 tiang itu diangkat oleh masyarakat ke darat dengan
upacara adat, dan didirikan di depan SDN Sungai utik, seolah-olah
merupakan tugu. Tiang itu masih ada sampai sekarang.
Nanga Sungai Nyiop/Sungai Perao’
Nyiop
adalah nama orang Embaloh. Orang ini sering mencari rotan menyusuri
sungai Utik menuju ke daerah anak sungai. Tetapi sebelum mencapai
sungai itu ada sebuah wong (riam/jeram) maka ditinggalkannya perahunya
di salah satu kuala sungai, kemudian berjalan lewat darat menuju suatu
tempat yang selalu menjadi tempatnya mencari rotan. Maka sungai tempat
menambat perahu itu dinamakan sungai Perao’ sementara aliran sungai
tempat ia sering mencari rotan itu dinamakan sungai Nyiop.
Bukit Panto
Ketika
masyarakat tinggal di Tamawai Pantap, ada seorang warga yang bernama
JAGAN. Semasa hidupnya, dia berkeinginan jika mati ingin dikuburkan di
puncak Bukit Panto. Keinginannya itu diungkapkan kepada keluarga dan
sanak saudaranya. Keinginannya itupun terkabul ketika meninggal mayatnya
diusung oleh keluarga dan warga sekampung untuk dimakamkan di Bukit
Panto. Tetapi karena Bukit Panto cukup tinggi, orang tidak sanggup lagi
membawa mayatnya sampai ke puncak, oleh sebab itu mayatnya dimakamkan di
pertengahan (tidak sampai ke puncak) Bukit Panto.
Keturunan Jagan
yang ada yaitu: Munggu, Bingkok, Salong, Merang dan Siau. Bingkok
mempunyai anak, di antaranya adalah Iman (yang saat ini menjadi Kadus
Sungai Utik).
Daftar istilah
Umai = ladang
Damun = bekas ladang
Babas = hutan (rima atau damun)
Langkau = pondok
Kampung = Rimba
Timanggung = kepala adat pada suatu wilayah
Patih = kepala adat di bawah Timanggung
Tuai rumah = kepala adat pada suatu kampung
Sungai = sungai
Temawai = tembawang
Pulau = sekelompok hutan yang tidak dijadikan ladang, misalnya;pulau
temawai, pulau buah, pulau pendam, pulau mali’
Rima = sekelompok kecil hutan yang tidak diladangi
Tatai = tanah datar di puncak gunung
Genting = cekungan di antara puncak gunung
Tinting = Punggungan gunung/bukit
Seradak = hulu sungai/ puncak sungai
Nanga = muara sungai
Sabang =hanjuang ( kanayatn:rinyuakng)
Balai ruai =tempat yang digunakan oleh burung ruai untuk mandi
Sepan =kubangan babi hutan
Karet = kebun karet
Paya’ = daerah rendah di tepi sungai yang dapat dijadikan sawah
Lupak = rawa-rawa
Tebiang = tebing curam di tepi sungai
Tungko = tungku dapur tempat meletakkan periuk atau kuali ketika
memasak sesuatu
Tanyo =teras rumah panjang yang digunakan untuk menjemur padi
atau untuk keperluan lain (kanayatn: pante)
Merandau = berkunjung, bersilaturahmi
Sadau = loteng
Sada bugau = loteng paling atas (kanayatn: para ibakng)
Ruai = ruang tamu (kanayatn: sami’)
Bilik = ruang dalam
Dapur = dapur
Tanga = tangga
Pendam = kuburan
Rarong = kuburan tua yang mayatnya tidak dibenamkan tanah
Mua mplua’ = jendela tanpa daun jendela
Pintu mplua’ = daun jendela
Wong = riam/jeram
Apan = daerah tempat rusa mencari makan
Peda = melihat/ kelihatan
Diato = sekarang/ zaman sekarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar